Pemerintah ‘Ngeles’ Daya Beli Anjlok, Indef: Jika Dibiarkan Bahaya Bagi Perekonomian dan Investor
Loading...
Pemerintah ‘Ngeles’ Daya Beli Anjlok, Indef: Jika Dibiarkan Bahaya Bagi Perekonomian dan Investor
Daya beli masyarakat di semester I-2017 terlihat sengat jelas penurunannya, bahkan terbukti anjlok. Hal ini terlihat dari kemerosotan omset sektor ritel. Namun sayangnya, pemerintah masih menolak fenomena tersebut.
Padahal jika hal itu dibiarkan, akan terus mengorbankan perekonomian. Untuk itu, pemerintah perlu ambil langkah cepat. Termasuk bisa saja melakukan perombakan di kabinet untuk pos-pos ekonomi.
“Sangat disayangkan, pemerintah masih terus denial atau menolak adanya fakta bahwa terjadi penurunan daya beli. Saya kira kalau dibiarkan bisa berbahaya bagi perekonomian. Investor juga berpikir ulang untuk masuk ke Indonesia,” ujar ekonom muda Indef Bhima Yudhistira Adhinegara kepada Aktual.com, Jumat (13/10).
Dia menegaskan, sejauh ini daya beli ini untuk tingkat menengah keatas akan cenderung stagnan. Mereka memang memiliki uangnya, tapi sampai akhir tahun mereka akan menahan belanja karena kondisi ekonomi kurang stabil. Serta masih adanya potensi kegaduhan politik di 2018 nanti.
“Sementara kelas menengah ke bawah memang daya belinya sangat terpukul. Itu terjadi karena pendapatan trutama di kelompok petani yang masih rendah. Hal itu yang membuat laju pertumbuhan ekonomi tak optimal,” pungkas Bhima.
Sayangnya, kemudian pemerintah juga hanya mengandalkan bansos untuk menangkal penurunan daya beli ini. “Padahal yang dibutuhkan sekarang adalah peningkatan lapangan kerja dan industrialisasi, bukan cuma bansos,” kritik dia.
Bahkan pemerintah hanya asyik untuk menerbitkan paket kebijakan. Sehingga publik sendiri mungkin lupa kalau pemerintah sudah menerbitkan 16 paket kebijakan. “Karena sampai sekarang efektivitasnya belum dirasakan dunia usaha dan masyarakat,” terang dia.
Apalagi kenudian, kata dia, data lainnya adalah turunnya penjualan pusat perbelanjaan, dibmana secara mengejutkan di pasar Glodok ternyata turun 34% selama semester-I 2017 dibanding tahun lalu.
“Itu jelas fakta yang tak bisa ditolak pemerintah. Untuk, tim ekonomi Jokowi memang sebaiknya segera dirombak. Masih ada waktu untuk melakukan perubahan kebijakan,” pungkas dia. [akt]
loading...
loading...