Mengapa Cedera Seperti yang Dialami Choirul Huda Bisa Fatal? Ini Penjelasan Dokter
Loading...
Kiper Persela Lamongan, Choirul Huda, meninggal dunia di tengah pertandingan dengan Semen Padang. Ketika itu Choirul berbenturan keras dengan pemain lawan yang mengenai bagian dada dan rahang bawahnya.
Choirul sempat dilarikan ke RSUD dr Soegiri dengan ambulans namun nyawanya tidak tertolong. Tim dokter mengatakan fungsi napas dan jantung Choirul berhenti kemungkinan karena terjadi trauma pada bagian kepala serta lehernya.
"Di dalam tulang leher itu ada sumsum tulang yang menghubungkan batang otak. Di batang otak itu ada pusat-pusat semua organ vital, pusat denyut jantung dan nafas," kata spesialis anastesi sekaligus Kepala unit Instalasi Gawat Darurat RSUD Dr Soegiri Lamongan dr Yudistiro Andri Nugroho.
"Mungkin itu yang menyebabkan Choirul Huda henti jantung dan henti napas. Itu analisis awal kami, karena tim kami gak sempat melakukan scaning, karena mas Huda tidak layak transport dengan kondisi kritis seperti itu," lanjutnya dalam keterangan pers.
Dokter spesialis bedah saraf TNI AU, Dr dr Wawan Mulyawan, SpBS, SpKP, secara terpisah pernah menjelaskan bahwa memang ada tiga organ penting pada leher yang bila terganggu dapat menyebabkan kematian. Selain ada sumsum tulang berisi pusat saraf yang sudah dijelaskan sebelumnya, di leher ada juga trakea dan pembuluh darah karotis.
"Jika kita memotong atau menyumbat trakea, maka aliran udara akan terhenti pasokannya ke paru-paru. Dalam beberapa menit, organ tubuh segera akan kekurangan oksigen. Otak adalah organ yang paling rentan terganggu hingga bisa segera pingsan, henti jantung dan meninggal. Ini bisa terjadi hanya dalam beberapa menit hingga belasan menit," papar dr Wawan.
Sementara jika kedua pembuluh arteri karotis terpotong, maka pasokan darah ke otak segera terhenti. Akibatnya tidak ada oksigen yang dipasok ke otak, sehingga menyebabkan pingsan, henti napas dan meninggal. [dtk]
loading...
loading...