Rilis Sketsa Wajah Penyerang Novel Malah Membuktikan Banyak Kejanggalan
Loading...
Rilis Sketsa Wajah Penyerang Novel Malah Membuktikan Banyak Kejanggalan
Opini Bangsa - Kemarin, Kapolda Metro Jaya, Irjen Pol Idham Azis, bersama Ketua KPK, Agus Rahardjo, mempublikasikan dua sketsa wajah orang yang diduga terlibat dalam penyerangan air keras terhadap penyidik senior KPK, Novel Baswedan.
Namun, bagi Anggota Koalisi Masyarakat Sipil Antikorupsi yang juga Ketua Umum PP Pemuda Muhammadiyah, Dahnil Anzar Simanjuntak, sketsa yang kemarin diumumkan Polda Metro Jaya sama sekali tidak menunjukkan perkembangan baru dari penanganan kasus itu.
"Bahkan ini menunjukkan fakta bahwa banyak kejanggalan dari proses penyidikan yang dilakukan oleh kepolisian dan sekaligus membuktikan pentingnya dibentuk TGPF (tim gabungan pencari fakta)," terang Dahnil dalam keterangan persnya, Sabtu (25/11).
Dahnil menyebut beberapa alasan untuk memperkuat dugaannya. Pertama, sketsa malah membuktikan bahwa kasus ini ditangani dengan sangat lambat karena sketsa itu baru dihasilkan polisi pada 226 hari setelah kejadian perkara (11 April 2017). Padahal, sketsa itu sudah pernah dipublikasikan oleh salah satu koran dan majalah nasional sejak 1 Agustus 2017. Dahnil heran, mengapa wartawan lebih cepat menghasilkan sketsa tersebut dibandingkan kepolisian.
Kemudian, dua sketsa yang diumumkan kemarin berbeda dengan sketsa yang dirilis oleh Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian ketika dipanggil Presiden Joko Widodo.
"Apakah yang dimaksud dengan perkembangan baru adalah perbedaan itu? Dan kenapa bisa berbeda, itu justru menjadi pertanyaan besar," sindir Dahnil.
Lalu, salah satu sketsa mengidentifikasikan salah satu terduga yang sempat dipanggil dan diperiksa oleh penyelidik polisi. Namun, terduga dilepas karena dianggap polisi memiliki alibi yang kuat.
Menurut Dahnil, perkembangan positif yang signifikan membuka fakta akan terungkap jika TGPF dibentuk. Sedangkan sejauh ini, kejanggalan-kejanggalan cara kerja polisi tersebut membuat ia khawatir kasus ini akan semakin kabur. [opinibangsa.info / rmol]
loading...
loading...