Penjelasan Lembaga Sensor Film soal Kontroversi 'Naura & Genk Juara'
Loading...
Penjelasan Lembaga Sensor Film soal Kontroversi 'Naura & Genk Juara'
Opini Bangsa - Film anak 'Naura & Genk Juara' diperbincangkan beberapa hari terakhir karena kontroversi tokoh penjahat Trio Licik, yang digambarkan kerap menggunakan kalimat-kalimat suci Islam. Para pembuat film dinilai mendiskreditkan Islam karena para tokoh utama, yakni anak-anak, tidak memiliki penggambaran serupa sebagai pribadi yang dekat dengan agama.
Mengenai kontroversi ini, Ketua Lembaga Sensor Film Indonesia (LSF) Ahmad Yani Basuki pun buka suara. Berikut penjelasan lengkapnya yang disampaikan kepada kumparan (kumparan.com) melalui pesan elektronik:
"Film ini film musikal (seperti Petualangan Sherina). Berkisah tentang rombongan anak sekolah yang berkegiatan di sebuah hutan konservasi. Di tengah kegiatan itu ada 3 orang penjahat yang melakukan pencurian hewan dari kandang konservasi yang ternyata didalangi si petugas penjaga konservasi itu sendiri.
Tiga orang penjahatnya bercambang dan bertampilan agak kasar, sebagaimana layaknya tampilan penjahat pada umumnya. Satu di antaranya memakai celana pendek bukan celana cingkrang. Oleh karena itu jauhlah dari gambaran saudara-saudara kita yang sering dipandang sebagai radikal/ teroris, karena jenggot dan model celananya.
Sebagai film setting Indonesia yang mayoritas penduduknya muslim, bisa-bisa saja penjahatnya beragama Islam. Sama wajarnya jika dalam negara yang mayoritas penduduknya non muslim penjahat non muslim. (Seperti dalam film Home Alone misalnya)
Ketika si penjahat di tengah malam di hutan lagi ketakutan karena mengira ada hantu, salah satunya berdoa. Karena dia muslim dia bacanya doa Islam. Tapi yang dibaca salah 'comot', yaitu doa mau makan. Karena itu ditegur temannya, doanya salah, doa makan. Ketahuan penjahatnya muslim- ya karena dia baca doa itu, yang cenderung latah-latah juga. Tapi tidak ada penggambaran spesifik atau kesan penegasan bahwa muslim itu jahat.
Tidak bedanya jika ada film tentang kasus korupsi lalu koruptornya di dalam bui berdoa atau shalat, itu sama sekali tak berarti merepresentasikan Islam/umat Islam itu jahat. Bagi LSF, tidak terlihat adanya bagian yang secara jelas mendiskreditkan Islam?
Jika dihubung-hubungkan dengan penista agama, rasanya terlalu jauh berspekulasi. Kita tahu kalo penjahatnya muslim pun ya hanya karena dia baca doa itu. Ketika akhirnya si penjahat terkepung, salah satunya memang membaca istighfar. Tetapi sekali lagi, bagi LSF, itu tdak serta merta menggambarkan pelecehan dan penistaan terhadap Islam.
Untuk memahami film "Naura dan Genk Juara", kiranya memang perlu menonton langsung filmya. Dan akan semakin baik kalau pernah menonton film Petualangan Sherina, Home Alone dan atau Jenderal Kancil yg diperankan Ahmad Albar di masa kecilnya dahulu."
Meskipun dibalut dengan kontroversi, antusiasme film 'Naura & Genk Juara' terbilang masih cukup tinggi. Menurut filmindonesia.or.id, sejak dirilis pada 16 September lalu, film ini sudah menyedot 85 ribu penonton.
Sutradara Eugene Panji mengatakan kepada kumparan (kumparan.com) harapannya agar masyarakat bersikap dewasa menyikapi cerita film. Dia juga berpesan agar tidak menelan mentah-mentah informasi berkonotasi negatif yang berseliweran tentang 'Naura & Genk Juara'.
"Bisa enggak sih kita sedikit dewasa menyikapi kalau ini film anak-anak loh, anak-anak yang banyak kehilangan film soal anak dan musik soal anak. Sekalinya muncul diginiin. makanya saya broken heart banget," kata Eugene.
"Tapi, well... Ini kenyataan masyarakat Indonesia pada umumnya. Jadi mau apa lagi? Yaudah jalani aja, apapun yang harus dilakukan dan konsekuensi yang harus aku hadapi ya hadapi saja... Tapi enggak akan setop berkarya. Next year aku masih akan bikin film anak, ketika banyak orang memusatkan konsentrasi di film dewasa, aku ke film anak dulu," tutupnya. [opinibangsa.info / kmp]
loading...
loading...