AH Nasution, Jenderal Rajin Shalat Selamat dalam G30S/PKI
Loading...
Prabowo memberi hormat kepada Jenderal Besar AH Nasution (Twitter) |
Dalam Islam, shalat merupakan kewajiban yang harus dikerjakan sebagai bukti ke-Islam-an seseorang. Shalat sebagai tiang agama Islam, mampu mencegah perbuatan keji dan munkar, bahkan mencegah bahaya dan musibah.
Ini sudah dibuktikan oleh Jenderal AH Nasution, salah satu jenderal yang ditargetkan penculikannya pada peristiwa G30S/PKI. Ia merupakan jenderal yang tidak pernah meninggalkan shalat dan selalu taat pada agama.
Semisal, ketika sedang menjalani rapat dengan Presiden Soekarno selaku Panglima Tertinggi Angkatan Perang Republik Indonesia, tetapi jika telah tiba waktu shalat, AH Nasution selalu minta izin undur diri untuk mendirikan shalat terlebih dahulu.
Di masa AH Nasution menjabat KSAD disusun sebuah buku Pedoman Agama Islam Untuk TNI. Dalam surat keputusan KSAD dinyatakan, Mewajibkan kepada setiap anggota TNI AD yang beragama Islam, memahami isi buku tersebut di atas dan mengamalkannya.
Bahkan dalam setiap kesatuan TNI pada waktu itu, ada pengangkatan Imam Tentara. AH Nasution yang membangun mushola di Markas Besar Angkatan Darat (MBAD) pada 1950an dan kemudian di Hankam. Sebuah anekdot di kalangan TNI pada masa itu, Kalau mau naik pangkat, rajinlah shalat, dan diketahui oleh Jenderal Nasution.
Tidak hanya itu, ketika berada di Canberra, ia sedang mengadakan pembicaraan dengan Perdana Menteri Australia, tiba-tiba seorang Kolonel Australia datang melapor dengan hormatnya, mempersilahkan AH Nasution untuk menunaikan shalat, sebab waktunya telah tiba. Meski beliau menjamak shalat zuhur dan ashar dalam satu waktu sebagai musafir.
Dalam kunjungan ke negara Komunis Cina pun, protokol militer negara setempat harus menyesuaikan jadwal shalat dalam seluruh agenda kegiatan kunjungan Jenderal AH Nasution. Begitupun pada ceramah Peringatan Isra Miraj Nabi Muhammad SAW pada 1965 di AAU.
Ini dimuat dalam Majalah PEHAI (Perdjalanan Hadji Indonesia) No.1 Tahun 1965, AH Nasution menceritakan pengalaman menarik saat kunjungan ke Moscow untuk membeli senjata bertepatan dengan hari Jumat.
Ketika perundingan dengan pihak Uni Soviet belum selesai, saya lihat arloji menunjukkan telah tiba saatnya untuk shalat Jumat. Kepada sidang saya segera minta diri untuk sholat, Tulis majalah itu mengutip kata-kata Jenderal AH Nasution.
Seorang perwira Soviet mengantarkan sang Jenderal pergi ke masjid. Saat dilihatnya ia membuka sepatu, perwira itu pun ikut membuka sepatunya. Ia terus mengikuti Jenderal AH Nasution. Sang Jenderal sholat ia pun turut sholat. Sang Jenderal berdiri ia berdiri, Sang Jenderal rukuk ia rukuk. Sang Jenderal sujud ia pun sujud demikian seterusnya. Sesudah salam Jenderal bertanya kepadanya, Apa yang dibacanya waktu mengikuti saya sholat?"
Perwira itu hanya menggelengkan kepala, tak suatu pun yang dibacanya. Karena ia bukan seorang Muslim. Jadi kenyataan ini menunjukkan, dengan shalat, kita akan dihormati dimana-mana. Jenderal berpesan pada seluruh prajuritnya.
Hendaklah saudara-saudara senantiasa taat menunaikan kewajiban shalat lima waktu. Jangan sekali-kali saudara-saudara merasa malu karena menunaikan shalat. Apalagi karena shalat sama halnya dengan corp rapport yang biasa saudara-saudara lakukan terhadap komandan saudara. Bedanya, shalat itu corp rapport kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, pesan Jenderal AH Nasution.
Ia juga mengemukakan, sebagai seorang muslim, umat diperintahkan untuk melaksanakan ajaran Islam di manapun berada. Umat harus yakin seyakin-yakinnya, Islam adalah jalan untuk mencapai kebahagiaan yang hakiki dunia maupun akhirat. Dalam menghadapi masalah, misalnya, jika agama kuat, maka semua masalah bisa dibereskan.
Tak heran, jika Jenderal AH Nasution ini selamat dari target utama penculikan dan pembunuhan PKI, lantaran menurut pengakuan istrinya, Allah SWT membangunkan sang Jenderal dengan gigitan nyamuk, sekitar 10 menit sebelum PKI mendobrak rumahnya, sehingga ia bisa siaga dan bisa kabur ke pagar belakang. [rol]
loading...
loading...