Gerindra: ‘Ahoker’ Penderita Katatun Diminta “Move On”
Loading...
Jumlah karangan bunga berkurang dari jumlah waktu awal pengiriman bunga, itu berarti sebagian besar kaum Ahoker sudah move on.
“Semoga ini juga petanda baik bagi pengembangan Jakarta ke depan.
Memang ada yang mengkaji secara medis kondisi Ahoker yang dapat dikatakan secara umum sebagai kelainan syaraf,” kata Sekretaris DPD Gerindra DKI Jakarta, Husni Thamrin, Sabtu (14/10).
Menurut Husni, apapun terminologi yang dipakai tapi tidak tertutup kemungkinan juga para Ahoker tersebut menderita ‘katatun’ akibat stres yang berkebihan. Bagi penderita katatun apapun yang ditanya pasti dia akan menjawab dengan kata atau kalimat yang sama atau selalu menggerakan anggota tubuhnya dengan gerakan atau posisi yang sama dan lama.
“Umpamanya, tangan kanannya dalam posisi seperti tangan kanan Hitler yang memberi hormat itu akan dilakukannya berjam-jam atau mungkin kalau Ahoker tersebut ditanya berapa anakmu maka mereka akan menjawab saya tidak mau Move-On, jika ditanya siapa nama sopirmu maka mereka akan menjawab saya tidak mau Move-On,” terang Husni.
Husni mengatakan, apapun yang ditanya kepada penderita ‘katatun’, pasti jawabannya sama, yaitu saya tidak mau Move-On. Bahkan bisa-bisa tanpa ditanya pun mereka juga akan berkata, bahkan berteriak saya tidak mau Move-On.
“Kondisi ini jelas memerlukan perawatan inap khusus dan harus ditangani Dokter Spesialis Psikiatri. Meskipun, penderita katatun tidak akan berbahaya bagi lingkungannya karena dia hanya asyik dengan katatunnya sendiri,” kata Husni.
Husni memastikan, warga Jakarta tidak perlu takut atau terlalu khawatir, karena pembangunan Jakarta kedepan tetap akan dapat dilakukan dengan tenang kendatipun mereka tetap berteriak “Saya Tidak Mau Move-On”.(swamediaum)
loading...
loading...