Akhirnya Zeng Wei Jian Muncul dan Kembali Bikin Panas-Dingin Pendukung Ahok
Loading...
Entah ini yang kesekian berapa kalinya Sang Pejuang Kesetaraan Sosial yang tidak malu untuk jujur menggunakan nama aslinya, ZENG WEI JIAN, harus membuat akun facebook atas namanya, karena akun miliknya harus tewas beberapa kali akibat serbuan dari “musuh=musuhnya” yang menganggapnya sebagai pengkhianat “sukunya”.
Zeng We Jian atau biasa dipanggil di kalangan sahabatnya dengan nama Ken Ken ini akhirnya kembali berkicau di sosial media melalui akun facebooknya dengan memakai nama Zeng Wei Jian, sama dengan akun lainnya miliknya yang tetap menggunakan nama yang sama. Menurutnya akun miliknya hampir mirip dengan akun milik mantan anggota DPR RI Djoko Edhi Abdurahman yang juga sering menghilang secara misterius dan terpaksa membuat yang baru lagi.
Zeng melalui akun barunya kali ini banyak menyoroti tentang Ahok dan pendukungnya yang biasa disebut “Kecebong” oleh netizen lainnya, yang menurut pengamat sosial Rocky Gerung mereka adalah Kelompok “IQ200 Sekolam” yang selalu saja berusaha menyerang bahkan selalu berusaha untuk menganggap jika Ahok adalah pahlawan bagi mereka sekalipun Ahok sudah dipenjara akibat penistaan terhadap agama Islam beberapa waktu lalu, hingga memunculkan aksi terbesar dan terdamai sepanjang sejarah aksi, karena rumputpun tidak rusak di sekeliling lokasi aksi.
Berikut salah satu isi tulisannya yang diunggah beberapa hari lalu terkait dengan kemunculan akun miliknya yang baru dibuat akibat akun-akun sebelumnya hilang secara misterius beberapa waktu lalu, berjudul Merangkul Ahoker, dimana menceritakan seorang Djan Faridz dan sekelompok pengusaha Tionghoa yang selama ini mendukung Ahok justru berbalik “menjilat” Anies-Sandi demi emnagmankan keberadaan mereka.
MERANGKUL AHOKER by Zeng Wei Jian
Akun FB saya baru lagi. Sama seperti Djoko Edhi Abdurahman, akun saya tewas melulu. Akun baru ini diserbu Ahoker. Banyak teman nge-re-add. Sehari bisa 1000 aplikasi.
Ahoker langsung komen. Ora jelas. Ada yang bilang “Ahok tetap pilihan Tuhan” dan “Ahok tetap di hati”. Lho, bukannya Ahok dipenjara. Kok di hati?
Seorang ahoker fosil posting meme. Isinya gambar Jokowi Ahok. Dia bilang Ahok bikin takut koruptor. Ada yang jawab, Setnov kan temennya Ahok. Si ahoker reply, “Salahin hakim sialan yang bebasin Novanto dong”. Ahoker berusaha cuci tangan.
Syahdan, jasa dan kontribusi Setnov dukung Ahok sudah dilupakan Ahoker. Semudah itu. Ironiz. Padahal Setnov baru sembuh dari sakit. Ada yang bilang ginjalnya bermasalah. Lainnya berkata jantung, cerebral cortex, livernya yang bermasalah. Tau-tau Setnov pake alat anti ngorok (anti snoring device).
Ulah Ahoker termasuk extra ordinary. Di pilkada, mereka cetak leaflet gelap. Isinya serentetan fitnah terhadap Anies-Sandi. Nakut-nakutin KJP bakal dihapus bila Ahok Kalah. Di injury time, mereka tetep bagi-bagi sembako dan sapi.
Sekalipun dosa-dosa Ahoker sedalam lautan, Anies-Sandi menginstruksikan rangkul Ahoker Sisa-Sisa. Sekali pun, tidak melupakan perjuangan Pro ASA.
Tetap harus merangkul Ahoker. Selalu ada konsekuensi Ahoker semakin besar kepala, merasa penting, nyinyir dan makin ngeyel.
Pasca Ahok-Jarot dinyatakan kalah telak (16%), secara cepat seperti kilat, Jan Faridz minta ketemu Anies.
Jan Faridz pasti baca buku kunci sukses overseas. Isi buku ini mengajarkan, bila mau sukses, seseorang harus punya “muka tebal, hati hitam dan kaki seribu”.
Anies merespon dengan menyatakan Jan Faridz harus bicara dulu dengan Haji Lulung. Ini etika politik yang benar. Dimaklumi, karena Anies adalah Mantan Ketua HMI MPO Jogja.
Mendekati pelantikan, semakin banyak ex ahoker jilat Anies-Sandi.
Sekelompok pengusaha Tionghoa berusaha keras dekati Anies-Sandi. Pengen jadi temen, sekaligus mengamankan bisnis. Tinggallah Ahoker sisa-sisa. Korban pencitraan tim media Ahok di masa silam. Fosil-fosil ahoker tetap mesti dirangkul. Susahnya, mereka terlanjur benci Anies-Sandi.
Di situ seninya. Anies-Sandi dan para pendukungnya memperlihatkan kebesaran jiwa. Merangkul Ahoker Sakit Jiwa bukan tugas mudah. It is a hard struggle.
Anies-Sandi mengerti betul, seperti kata Martin Luther King Jr, “Human progress is neither automatic nor inevitable… Every step toward the goal of justice requires sacrifice, suffering, and struggle: the tireless exertions and passionate concern of dedicated individuals”.
Praxis menghadapi Ahoker ngeyel patah hati adalah: elus, gebuk, rangkul.
Dalam prosesnya, kita ngga perlu pake emosi. Kita sudah menang. Sekeras apa pun penolakan dan sekasar apa pun komentar mereka, ketahuilah itu hanya mekanisme natural menutupi rasa malu Ahoker yang perih. Jadi, ketawain sajalah.
THE END
[pbc]
loading...
loading...